BULLYING



TUGAS MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas
mata kuliah perkembangan peserta didik

Disusun Oleh:

Ija                                           201314500392



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKRTA
2017


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pemakalah panjatkan ke hadirat Allah SWT,karena dengan berkat  limpah rahmat dan karunia-Nya sehinngga pemakalah dapat mnyusun makalah mengenai tentang “Bullying” dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.oleh karena itu pemakalah mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pohak yang telah membantu dalam penyusunan makalah  ini.
Pemakalah menyadari karena masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh karena itu pemakalah mengundang pembaca untuk memberikan saran serta keritik yang dapat membangun pemakalah. kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Jakarta, Maret 2017
Penulis



BAB 1
PENDAHULUAN


A.     Latar belakang
       Masalah yang dibicarakan pertama ialah posisi kita ditinjau dari kesehatan jiwa, dalam suasana sebagai Bangsa yang merdeka, modern dan lagi membangun. Di dalam abad modernisasi serta pembangunan manusia harus mengenal letak kedudukannya agar ia dapat menyesuaikan diri bahkan menjadi pribadi yang baik. Di dalam modernisasi dan pembangunan sebaiknya kita aktif menjadi sumber dari modernisasi dan pembangunan, serta tidak ikut arus arus yang tak menentu, yang dapat merugikan diri sendiri,keluarga bahkan orang lain.
Tetapi setelah dilaksanakan ternyata masalah kesehatan jiwa, psikologi, serta peran orang tua, guru, bahkan pemuka agama, menyangkut semua aspek. Selama ini hubungan antar manusia tidak hanya menyangkut tentang masalah kenakalan remaja, dalam hal tersebut maka diharapkan agar semua manusia mengenal sedikit tentang kesehatan jiwa.

B.     Rumusan Masalah
1.        Apa yang dimaksud pengertian bullying ?
2.        Macam-macam bentuk bullying ?
3.        Apa saja faktor-faktor penyebab bullying
4.        Untuk membekali diri dan jadi pedoman yang lebih baik lagi.

C.     Tujuan
                 Di dalam menyelesaikan kerja tulisan ini tidak dapat dilupakan dasar dan landasan pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan konsepsi serta permasalahan yang dihadapi :
1.        Untuk mengenali dini permasalahan bullying.
2.        Untuk memahami dan mencermati masalah bullying dalam kehidupan sehari hari.
D.     Manfaat penulis laporan ini:
1.        Sebagai pedoman untuk menguasai diri dari masalah ini.
2.        Sebagai penambah wawasan tentang masalah yg terjadi sehari hari.
3.        Supaya lebih menghargai sesama dengan penuh tenggang rasa.

BAB II
PEMBAHASAN


A.     PENGERTIAN BULLYING
                         
       Pengertian Bullying memiliki batasan cukup luas ,tak sekedar
tindakan kekerasan fisik.Bullying berasal dari kata “bully”,yaitu
suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Selain gangguan fisik,korban bullying juga akan mengalami gangguan psikis,berupa stres,karena bullying biasanya berlangsung dalam waktu yang lama.
       Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying adalah “a blustering rowbeating person; especially one who is habitually cruel to others who are weaker.” Melakukan bullying berarti to “treat someone abusively or to affect them by means of force or coercion.”. Center for Children and Families in the Justice System mendefinisikan bullying sebagai , “repeated and systematic harassment and attacks on others.” Bullying bisa terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda. Di antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang tidak disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak benar, pengucilan, kekerasan fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan menendang), intimidasi, pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan lain-lain.
       Dengan demikian, bullying pada hakikatnya adalah tindakan menggunakan kekuatan ataupun kekuasaan, untuk melukai seseorang maupun kelompok, secara fisik, mental, serta verbal, sehingga menyebabkan korbanya merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya”.
       Maka berlangsungnya bentuk kekerasan ini dalam dunia pendidikan,yang diakui atau tidak hingga kini masih saja terus terjadidi negeri kita, jelas merupakan pelanggaran Hak Anak secara kasat mata, sehingga mesti segera diakhiri.
       Pendidikan sebagaimana diketahui, adalah paduan dari kata education. Education sendiri berasal dari kata “educare”, yang berarti ‘mendorong keluar’atau ‘memunculkan sesuatu dari dalam’. Dengan demikian pendidikan pendidikan sesungguhnya tidaklah identik dengan proses memasukkan sesuatu dari luar ke dalam, melainkan justru sebaliknya proses memunculkan sesuatu dari dalam ke luar.
                         
B.     KATEGORI BULLYING
       Secara garis besar bullying dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk agresivitas,yakni :
1.         Agresivitas Fisik
Misalnya : memukul, mencakar, mencubit, menjabak, menendang, merusak barang,memeras, melakukan pelecehan, dll.
2.         Agresivitas Emosional
Misalnya  :mengancam, menakut-nakuti, menggertak, mempermaikankan, dll
3.         Agresivitas Verbal
Misalnya :mengejek, menghina, mengolok-olok, memaki, merendahkan, mengitimidasi.
4.         Agresivitas Non Verba
a.    Langsung 
Misalnya :memandang secara sinis, menibir, menampakkan ekspresi wajah menghina atau merendahkan, dan lain-lain.
b.    Tak langsung
Misalnya :tak memedulikan, menyikapi dengan cuek, mendiamkan, mengabaikan, mengucilkan, menelantarkan, mengirimi surat-kaleng,dan lain-lain.


C.     FAKTOR PENYEBAB BULLYING
1.        Perjalanan seorang anak tumbuh menjadi remaja pelaku agresi cukup kompleks, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor; biologis, psikologis dan sosialkultural. Secara biologis,ada kemungkinan bahwa beberapa anak secara genetik cenderung akan mengembangkan agresi dibanding anak yang lain.Dalam bukunya Developmental Psychopathology, Wenar & Kerig (2002) menambahkan bahwa agresi yang tinggi pada anak-anak dapat merupakan hasil dari abnormalitas neurologis.
2.        Secara psikologis, anak yang agresif kurang memiliki kontrol diri dan sebenarnya memiliki ketrampilan sosial yang rendah; anak-anak ini memiliki kemampuan perspective taking yang rendah, empati terhadap orang lain yang tidak berkembang, dan salah mengartikan sinyal atau tanda-tanda sosial, mereka yakin bahwa agresi merupakan cara pemecahan masalah yang tepat dan efektif. Jika kita runut dari lingkungan keluarga, anak-anak yang mengembangkan perilaku agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak kondusif; anak mengalami kelekatan (attachment) yang tidak aman dengan pengasuh terdekatnya, orang tua menerapkan disiplin yang terlalu keras ataupun terlalu longgar, dan biasanya ditemukan masalah psikologis pada orang tua; konflik suami-istri, depresi,bersikap antisosial, dan melakukan tindak kekerasan pada anggota keluarganya.
3.        Faktor pubertas dan krisis identitas, yang normal terjadi pada perkembangan remaja. Dalam rangka mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja lalu gemar membentuk geng.Geng remaja sebenarnya sangat normal dan bisa berdampak positif, namun jika orientasi geng kemudian ’menyimpang’ hal ini kemudian menimbulkan banyak masalah. Dari relasi antar sebaya juga ditemukan bahwa beberapa remaja menjadi pelaku bullying karena ’balas dendam’ atas perlakuan penolakan dan kekerasan yang pernah dialami sebelumnya (misalnya saat di SD atau SMP).
4.        Secara sosiokultural, bullying dipandang sebagai wujud rasa frustrasi akibat tekanan hidup dan hasil imitasi dari lingkungan orang dewasa. Tanpa sadar,lingkungan memberikan referensi kepada remaja bahwa kekerasan bisa menjadi sebuah cara pemecahan masalah.  Misalnya saja lingkungan preman yang sehari-hari dapat dilihat di sekitar mereka dan juga aksi kekerasan dari kelompok-kelompok massa. Belum lagi tontotan-tontonan kekerasan yang disuguhkan melalui media visual. Walaupun tak kasat mata, budaya feodal dan senioritas pun turut memberikan atmosfer dominansi dan menumbuhkan perilaku menindasa.
5.        Peranan Media Massa Remaja adalah klompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh aepa yang dia lihat, seperti pada fil atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.

D.   FAKTOR-FAKTOR YANG BERPOTENSI MENCEGAH PERILAKU BULLYING
1.        Cara Individual
Jenis kelamin,temperamen yang mundah membaik,perasaan yang mampu berswadaya,kecenderungan yang positiv,mudah begaul dan kecerdasan yang tinggi.
2.        Antar orang banyak
Adanya keterkaita yang kuat kepada salah satu atau kedua orang tua,bercirikan hubungan yang mantap,hangat dan penuh kasih sayang.orang tua yang menjaga pngaruh yang kuat dalam pendidikan anak-anaknya.Peluang untuk beronsultasi ,keterlibatan positif dan aktivitas sosial bersama dalam keluarga dan kehidupan sekolah.
Orang tua dan guru yang memberikan pengawasan efektiv,peraturan yang jelas dan disiplin yang konsisten.orang tua,guru dan kawan sebaya yang memilki sikap pro sosial dan perilaku teladan sosial yang positif..pengakuan dan pujian dalam keluarga maupun sekolah.
3.        Komunitas
Peluang untuk merasa terlibat secara positif di dalam kehidupan sekolah dan komunitas lokal.Orang tua,guru dan para pemimpin komunitas yang meneladani dengan memberikan contoh memiliki harapan yang jelas akan perilaku.Dorongan bagi anak-anak dan kaum muda untuk meraih potensi mereka.
4.        Masyarakat yang lebih luas
Sikap sosial yang sehat terhadap perilaku anti sosial dan kejahatan.

       Selain itu lebih utama dengan pendidikan bimbingan konseling di sekolah,misalnya konseling dan higiologi.
       Higiologi secara harfiah dapat dikatakan dengan ilmu kesehatan mental.S. Naryani rao mendefinsikan higiologi sebagai studi tentang masalah-masalah orang normal dan pencegahan terhadap terjadinya kesukaran-kesukaran emosional yang serius.kemudian dilanjutkan bahwa konseling lebih cocok berurusan dengan higiologi dari pada dengan psikopatologi tingkah laku.Laludenganekspektasi-kspektasimisalnya ekpektasi nonkilen,terhadap konseling adalah sangat beragam.sering kontradiksi dan kadan-kadang mustahil.kesemuanya bersumber dari kebutuhandan keinginan.disini akan terlihat statemen ekspekstasinpara siswa,guru,kepala sekolah dan orang tua.
a.         Ekspektasi para siswa
Para siswa menganggap konselor membantu para siswa dalam perencanaan pendidikan dan sedikit masalah uga masalah lain yang dihadapi para siswa.
b.        Ekspektasi guru
Berdasarkan penelitian bahwa para guru tidak memhami koneling dan bahwa banyak yang nada-nadanya memandang konseling sebagai  proses penuturan atau pengarahan.
c.         Ekspektasi kepala sekolah
Para kepala sekolah yang punya latar beakang pengalaman dan pendidikan kekonseloran lebih dapat akur dengan konselor pendidikan dalam pelaksanaan ekspektasi tentang disiplin, hal kerahasiaan, dan tugas-tugas perkantoran ,dibandingkan dengan para kepala sekolah yang tanpa pengalaman dan pendidikan kekonseloran.
d.        Ekspektasi Orng tua
Para orangtualah yang paling besar perannya dalam menasehati anak.

E.      UPAYA PENANGGULANGAN TERJADINYA BULLYING
1.        Upaya mediasi
Ø     Langkah 1 Mengenali Masalah:Buatlah para pihak yang bertikai itu merasa nyaman. Jelaskanlah apasaja yang dilakukan dalam proses mediasi itu.undanglah masing-masing peserta untuk melukiskan pandangan tentang situasi tanpa interupsi, menyatakan perasaan maupun faktany. fasilitatornya menjelaskan kebutuhan dan kepentingan dari masing-masing pihak ,menggunakan kalimat seperti. ‘’Pemahaman saya tetang apa yang telah anda katakan adalah” masing-masing pihak diminta untuk meringkas apa yang dikatakan oleh yang lain.fasilitator kemudian meringkas apa yang dikatakan oleh masing-masing pihak.
Ø    Langkah 2 Menyelidiki: Masing-masing pihak menyatakan apa yang sesungguhnya mereka inginkan.dan diajak untuk mengusulkan solusi yang mungkin.Fasilitator kemudian mencatat resiko dan manfaat yang mungkin.
Ø    Langkah 3 Memperhitungkan risiko dan manfaat: Fasilitator mengundang masing-masing ppihak untuk memikirkan hasil dari solusi yang diusulkan.masing-masingpihak diundang untuk menjelajah risiko dan manfaat yang mungkin dari solusi yang diusulkan tadi.
Ø    Lngkah 4 Membuat rencana tindakan: Masing-masing pihak mempertimbangankan solusi yang kemungkinan besar mampu memenuhi kebutuhan bagi keduanya.mereka diminta untuk memilih salah satu solusi yang mungkin.fasilitator enjelaskan hal yang disepakati untuk dilakukan oleh kedua belah pihak dan waktunya.fasilitator kemuian menyimpulkan kesepakatan tertulis tindakan dimasa depan yang ditandatangani oleh semua yang hadirkedua pihak kemudian berjabat tangan.
Ø    Langkah 5 Meninjau ulang dan mengevaluasai: kedua pihak sepakat untuk bertemu guna meninjau ulang hasil sekaligus mengevalyasi apa yang telah terjadi.Mereka setuju untuk merundingkan kembali apa yang sesuai.fsilitator memuji masing-masing pihak atas keberhasilan lalu meringkas niai-nilai kooerasi dan kepercayaan menurut kontreksnya.fasilitator menutup rapat dengan mengakui bahwa telah dicapi kemajuan.masng-masing orang diundang untuk memikirkan cara keduanya akan berperilaku berbeda dimasa depan.

2.        Model keterlibatan dan pendekatan
a.         Informasi: Edarkanlah promosi dari berbagai media misal surat kabar,televisi,radio dan media masa lainnya tentang anti kekerasan.
Gelarlah rapat-rapat dimalam hari untuk memberitahu orang tua atau anggota komunitas lokal tentang masalah kekerasan.
b.         Partisipasi: Libatkanlah anggota dari himpunan orang tua dan guru danlam upaya untul mempromosikan tidak adanya kekerasan,mungkin selaku perwakilan dalam kelompok kerja analisis kebutuhan anda.
Aturlah musyawarah yang merayakan hari-hari yang berkaitan dengan kewarganegaraan global.lalu libatkanlah perusahaan teater untuk menyelenggarakan penggelaran profesional yang berkaitan dengan tema anti kekerasan bagi anak-anak dan orang tua ,setaf sekolah dan pengasuh.
Undanglah komunitas polisi untuk memberikan pendidikan pengurangan kejahatan yang lebih luas melalui pelajara kewarganegaraan.
c.         Kolaborai: Undanglah anak-anak dan remaja serta staf untuk menuliskan puisi anti kekerasan disekolah sebagi sarana untuk membangkitkan kesadaran tentang masalah dan libatkanlah surat kabarnlokal untuk menerbitkannya,agar masyarakat ikut serta mengetahui.Temuilah para pemimpin komunitas untuk membahas tentang anti kekerasan di sekolah maupun di masyarakat.
d.        Kemitraan: Undanglah tokoh masyarakat atau selebriti untuk mendukung proyek anda.masukanlah polisi setempat kedalam rencana anda melalui program kemitraan sekolah yang lebih aman,yang memberikan pendekatan kemitraan multikelembagaan bagi pencegahan kejahatan ,keamanan sekolah ,perbaikan perilaku,dan keterlibatan pendidikan.
Berpartisipasilah dalam minggu anti pelecehan pada tingkat daerah dan nasional ,ide yang dikordinir oleh Aiansi Anti Pelecehan(AAP)

F.            CONTOH BULLYING
1.        Bullying di lingkungan kerja
       Pernahkah Anda mendapat perilaku yang kurang menyenangkan di lingkungan pekerjaan Anda? Dituduh melakukan kesalahan yang tidak Anda lakukan? Mendapat tekanan berupa kata – kata kasar atau tatapan mata yang sinis dari atasan maupun rekan sekantor?Anda merasa terintimidasi secara berlebihan di lingkungan kantor Anda? Dan akhirnya, apakah Anda merasa tertekan dan kehilangan gairah untuk bekerja? Jika iya, mungkin Anda mengalami apa yang disebut dengan bullying di kantor Anda.Bullying merupakan suatu bentuk perilaku seseorang atau sekelompok orang yang secara berulang – ulang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) baik secara mental maupun fisik. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan cara mengejek, menyebarkan rumor/menghasut, mengucilkan, menakut – nakuti (intimidasi), mengancam, menindas, atau menganiaya secara fisik seperti mendorong, menampar, dan memukul. Bullying di tempat kerja berhubungan dengan perilaku dan praktek negatif secara berulang. Hal ini ditujukan kepada satu atau beberapa pegawai, sehingga berakibat ketidakberdayaan dan penderitaan psikologis terhadap korban yang secara langsung akan mempengaruhi perilaku kerja korbannya.Sebenarnya, perilaku bullying ini lebih sering terjadi di lingkungan pendidikan, terutama pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Namun, pada kenyataannya cukup banyak bullyingyang terjadi di lingkungan kerja. Perilaku ini mengakibatkan berbagai macam reaksi psikologis terhadap korbannya, seperti rasa cemas, tertekan, gelisah, tidak percaya diri, tidak mau/takut bergaul dengan lingkungan, menurunnya prestasi dan potensi diri, pesimis dan mudah putus asa, malu, cenderung menyalahkan diri sendiri, pendiam, mudah murung, dan tidak bisa berkonsentrasi. Pada umumnya korban bully tidak bisa dengan cepat melakukan perlawanan. Biasanya, korban adalah staf (kontrak) yang dianggap kecil dan cenderung tidak memiliki kepercayaan diri dan dukungan dari orang lain untuk melawan balik. Akhirnya sering para korban yang masih pegawai “kontrak” ini merasa tertekan dan tidak betah sehingga memilih mengundurkan diri dari pekerjaan.Ada beberapa bentuk bullying yang sering terjadi di tempat Anda bekerja dan beberapa terkadang tidak terlihat seperti sebuah perilaku bullying. Dengan keadaan seperti itu, korban tidak tahu atau tidak merasa bahwa dirinya sedang mengalami suatu tekanan atau intimidasi. Biasanya bentuk bullyterselubung itu berupa penghinaan secara pribadi (mengejek, mencela, atau mempermalukan), intimidasi (lebih kepada fisik, namun berdampak pada psikologis, seperti mendorong atau menghalangi jalan), tidak memberikan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, memberikan tugas diluar batas kemampuan, terus – menerus menyoroti kesalahan kita dan mengkritik habis – habisan ide yang kita utarakan, serta pengucilan sosial.Di sini perlu adanya pihak yang secara serius mengawasi dan menengahi perilaku bullying di tempat kerja ini, karena para korban bullying tidak berani melaporkan apa yang telah dia alami karena takut salah melangkah. Biasanya para pelaku bullying kebanyakan adalah karyawan yang memiliki dukungan dari eksekutif dalam suatu perusahaan.Dalam situasi seperti ini, peran Human Resources atau HR sangat dibutuhkan. Profesional HR perlu melakukan suatu pengamatan lebih mendalam mengenai hal ini. Perlu adanya satu peraturan perusahaan yang mengatur tentang pelanggaran, pelecehan, dan bullying.Peraturan tersebut juga harus menggariskan tentang prosedur disiplin, hukuman terhadap pelanggaran, siapa yang berhak menyelidiki laporan keluhan.
Contoh bullying ditempat kerja adalah :
Atasa yang selalu pilih kasih kepada karyawannya dan akhirnya menimbulkan gejolak dan persaingan negativ antar karyawan.

2.        Bullying di lingkungan sekolah
       Adanya Bullying antar anak ,biasanya terjadi pada anak usia sekolah. Para pelaku umumnya memiliki sifat berani, tidak mudah takut, dan punya motif dasar tertentu, yakni agretivitas, rasa rendah hati, dan kecemasan. Jadi bullying menjadi bentuk “ mekanisme pertahanan diri” yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah dirinya sendiri.
       Para korban bullyimg umumnya bukanlah pemberani, memiliki rasa cemas, dan rendah diri, yang menjadikan mereka sebagai korban tindak kekerasan ( Ramdan, Dadan Muhammad. 2008 ). Akibat mendapat perlakuan ini,korban pun memiliki rasa dendam,untuk suatu ketika akan mebalasnya terhadap individu lain. Sehingga bukan tak mungkin korban bullying akan menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya,yaitu guna mendapat kepuasan dengan cara membalas dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani, dan ada dendam yang tak terselesaikan.siswa korban “bullying” akan mengalami permasalahan kesulitan dalammembina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami “bullying” di skolaholeh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.
       Penyebab terjadinya bullying tak jarang dikaitkan dengan adanya tindak kekerasan yang dialami oleh pelaku di masa sebelumnya, itu terjadi di rumah maupun di dekolah, yang dilakukan baik oleh orangtua maupun para guru. Demikian pula pengaruh budaya kekerasan di telivisi dan flim. Kata-kata kunci untuk mengakhiri rangkaian tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di rumah,tak lain adalah “ STOP KEKERASAN” artinya kkersan harus diakhiri dalam semua bidang kehidupan di lingkungan atau pun sekolah.
       Di samping itu cara mengatasi bullying yang terjadi di kalangan remaja Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying, Cara menghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini.Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Masyarakat mendesak pemerintah agar memiliki program yang tegas, jelas dan terarah, kalau kita diam saja, maka itu sama saja dengan melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut. Dan merupakan bahaya yang akan kerap menghantui para siswa sekolah, baik pada generasi ini, dan pada generasi mendatang.Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid ,kerja sama antara guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalammenangani masalah ini.Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari memberi nasihat.Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti bullying di sekolah bullying akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling pecaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.
       Salah satu contoh bullying di sekolah adalah perkelahian pelajar,Perekelahian pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa pelajar secara bersama-sama , baik dalam bentuk memukul, menendang bahkan juga menusuk dengan pisau atau benda-benda tajam lainnya. Perkelahian pelajar biasanya dilakukan oleh pelajar dari sekolah yang berbeda. Perkelahian pelajar dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum serta membahayakannya bagi pejar itu sendiri.
        Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perkelahian pelajar ,di antanranya adalah
                                 a.     Lemahnya control dan pertahan pada diri pelajar sehingga mudah terpengaruh hal-hal negative dari lingkungannya, seperti ajakan untuk melakukan perbuatan negative.
                                b.     Kurangnya dasar keimanan pada diri pelajar
                                 c.     Anak Kurang Mendapat perhatian dari kasih sayang orang tua
                                d.     Kurangnya fasilitas pendididkan yang menyebabkan penyalurana bakat dan keinginan pelajar tidak tersalurkan.
          Adapun upaya untuk mencegah dan menanggulangi perkelahian pelajar, dapat dilakukan dalam:
a.         Lingkungan Keluarga
1.    Orang tua menciptakan keluarga yang beragama dan harmonis
2.    Memberi kasih sayang yang cukup pada anak-anaknya
3.    Orang tua memberikan pengawasan yang cukup terhadap pergaulan anaknya dimasyarakat.
b.    Lingkungan sekolah
1.    Guru memahami aspek-aspek psikis siswa
2.    Mengintensifikasi pelajaran agama
3.    Melengkapi fasilitas pendidikan sehingga siswa dapat menyalurkan dan mengembangkan bakatnya.
       Dari pembahasan di atas untuk menghindari hal-hal negatif yang lainng dapat merugikan diri sendiri dan orang lain remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional . Kecerdasan emosional ini membuat remaja mampu mengatur emosinya sendiri lalu mengungkapkan reaksi emosi positif sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada. Dengan begitu remaja mampu menyaring pengaruh dari luar, yakni pengaruh yang membantu semakin suburnya emosi-emosi yang positif.

3.    Bullying dilingkungan keluarga
       Anda memiliki anak lebih dari sartu?atau anda tinggal serumah dengan keluarga lain yang masih saudara? kalu iya, pasti sering mendengar anak-anak sedang bertikai.pertengkaran anak-anak biasanya dipicu karea banyak hal.misalnya adik yang sedang mengganggu kakanya sedang belajar hingga sang kaka yang mencubit adiknya bahkan membentak,dan baru berakhir setelah si adik meangis.terkadang hal-hal kecil itulah yang bisa membuat orang tua menjadi khawatir, mengapa? karena pertengkaran itu berakhir menjadi bulllying dan terjadi hingga si anak dewasa. dan bisa membuat si anak depresi dan dan mengaalami kecemasan.
       Sebenarnya bullying antar keluarga atau saudara tetaplah masuk dalam kriteria bullying ,hanya saja orang tua merasa tidak perlu mempermasalhkan hal tersebut secara berlebihan mengingat mereka adalah saudara, jadi tidak mungkin melakukan perkelahian atau ppertengkaran yang membahayakan, padahal dampak dari bullying tidak baik. Maka dari itu kita sebagai  orang tua harus pandai memperhatikan jika anak berkelahi jangan sampai pertengkaran anak menjadi lebih buruk yang menimulkan bullying. bullying yang terjadi trus menurus selgi kecil bisa menimbulkan dampak yang besar,si anak bisa saja setres dan bahkan bunuh diri.
       Contoh bullying yang menimbulkan efek psikis misalnya si kaka mengancam adiknya agar menutupi suatu kebohongan yang dilakukan oleh si kaka,walaupun ancaman kecil akan berdampak terus menerus kepada si adik .
       Lalu upaya bullying yang harus dilakukan di dalam keluarga adalah,pertama tekankan dan praktekan empati dalam hubungan keluarga ,lalu jauhkan hiburan keluarga dari yang berbau bullying, misallnya menonton tv yang mengandung unsur kekerasan apabila mereka menonton orang tua harus mendampinginya dan menjelaskan mana yang boleh dan mana yang tidak.anjurkan juga kepada anak untuk  berbagi dengan sesama anggota keluarga dan saudaranya,sehingga harmonisasi keluarag akan tercipta dengan baik.

BAB III
PENUTUP

A.     Saran
Untuk orangtua siswa/siswi:
1.        Jalin Komunikasi dengan Anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman (meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada kita sebagai orang tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal, termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum.
2.        Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah. Dalam beberapa kasus yang diceritakan teman-teman saya, anak-anak kadang merespon intimidasi yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah sekolah. Kalau dituruti, itu sama saja dengan lari dari masalah. Jadi, sebisa mungkin jangan dituruti. Kalau ada masalah di sekolah, masalah itu yang mesti diselesaikan, bukan dengan ‘lari’ ke sekolah lain. Jangan lupa, bahwa kasus-kasus bullying itu terjadi hampir di semua sekolah.
3.  Jangan Larut dalam Emosi. Ada yang bilang, “orang emosi selalu kalah”. Jadi, usahakan semaksimal mungkin untuk tidak larut dalam emosi, baik dalam bentuk “menangisi anak kita” (yang menjadi korban) maupun melabrak teman anak kita atau orang tuanya. Semua langkah yang kita ambil harus terkendali oleh akal sehat. Karena kalau tidak, masalah bisa melebar ke mana-mana. Dan kalau masalahnya sudah selesai, atau dianggap selesai, jangan diungkit-ungkit terus. Jadikan pelajaran, dan lupakan saja… Masih banyak persoalan lain yang menunggu.

Untuk guru:
1.        Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.
2.        Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.
3.        Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.
Untuk anak yang menjadi korban bullying:
1.        Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentukoleh akal sehat. Karena kalau tidak, masalah bisa melebar ke mana-mana. Dan kalau masalahnya sudah selesai, atau dianggap selesai, jangan diungkit-ungkit terus. Jadikan pelajaran, dan lupakan saja… Masih banyak persoalan lain yang menunggu.
Untuk guru:
1.        Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.
2.        Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.
3.        Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.



Untuk anak yang menjadi korban bullying:
1.        Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis.
§ Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima.
§ Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah
2.        Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1a. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
3.  Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.
Untuk anak yang menjadi pelaku Bullying:
1.        Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.

2.        Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.
3.        Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.


B.     Simpulan:
       Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data yang telah dilakukan peneliti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan sikap yang signifikan antatra kekerasan disekolah dan dilingkungan keluarga dimana dalam lingkungan sekolah itu lebih liar dan tidak terkontrol dibanding dengan kekerasan dilingkungan keluarga.

Daftar Pustaka

Buku:
Andi Mappiare AT Pengantar Konseling Dan Psikoterapi PT. RAJA GRAFINDO PERSADA.
Drs.Soedarsono,SH,Msi Kenakalan Remaja Pt.Rineka Cipta Penanganan Kekerasan Disekolah PT.Indeks.
Mujiyatna Purwaningsih Agustini,Romli Rona,dkk.Bimbingan Konseling SMP, Jakarta: CV.Pustaka Mulya.
Prof.DR Conny R.Semiawan (2008) Penerapan Pembelajaran Pada Anak                                 PT.Indeks Jakarta.
Riauksina,Djuwita dan Soesetro (2001) Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara
Jurnal:
Retrived March 13, 2017, from,







Komentar

Postingan populer dari blog ini

perekonomina 2,3,4 sektor

ANTROPOLOGI.UNSUR-UNSUR BUDAYA UNIVERSAL

Motivasi dalam Prilaku Organisasi